Senin, 04 Februari 2013

Drama Anak-Anak AKSELERASI Lulusan Tahun 2013-2013



Kisah si Kasih di Sekolah

Pada suatu pagi yang cerah..... suara burung berkicau merdu memenuhi pagi si Kasih
Kasih : (membuka pintu kesal dengan senyum sumringah) “Selamat Pagi dunia!” (melongo karena tidak ada respon dari teman sekelasnya)
Kasih : “Kenapa kalian semua keliatan nggak semangat? Ayo dong, mana senyumannya?” (sambil mendekati teman-temannya satu persatu untuk memaksa mereka tersenyum)
Semua siswa-siswi : “Kami semua lagi GALAAAAAUUU” (berteriak kompak)
Kasih : (memasang tampang super heran) “Galau? Hari gini masih galau? Makanya, pake kartu AS”
Minuk : “Aku lagi galau nungguin pangeranku yang nggak dateng-dateng” (masang tampang paling sedih)
Tiba-tiba muncul sesosok makhluk hidup dari balik pintu kelas. Semua mata tertuju padanya
Jeng jeng jenggg.........
Kasih : “Waaaaaaahhhh” (terpesona tingkat dewa)
Kisah : “Awwww...” (kepeleset kulit pisang)
Kasih : (buru-buru menyelamatkan pangerannya) “Kamu nggak pa-pa”
Kisah : “Kamu siapa?” (melompat setengah meter)
Kasih : “APA? Kamu nggak tau siapa aku?” (Jeng jeng jeng)
Kisah : “Siapa?”
Kasih : “ Aku adalah....” (terputus)

Siswa-siswi sekelas : “Anak gembala selalu riang serta gembira, karena aku rajin bekerja tak pernah malas ataupun.........”
Papanda Haji : “STOOOPPPPP” (Datang tiba-tiba membawa gitar)
Semua mata tertuju pada Papanda Haji. Suasana mendadak hening, hanya suara jangkrik yang terdengar.
Marimas : “Terlalu.........” (sambil geleng-geleng dan melahap pisang)
Papanda Haji : “Ayo semua! Kembali ke tempat duduk kalian masing-masing” (berjalan ala Papanda Haji menuju bangkunya)
Ponirah : “Materi hari ini apa Papanda?”
Papanda Haji : “Judiiii”
Siswa-siswi sekelas “ Teeeeeettt”
Ponirah : “Menjanjikan kemenangann....” (berdiri dari kursinya berlagak seperti penyanyi dangdut seeeer)
Siswa-siswi sekelas langsung tertawa terbahak-bahak...
Minuk : (menarik-narik lengan Ponirah menyuruhnya duduk)
Papanda Haji : “Sudah sudah, ayo sekarang kita mulai pelajarannya”

.........................
Teeeeeeeeeeeeeeeettttttttttttt (suara merdu si Usro yang biasa digunakan sebagai bel keluar main)
Kasih : (mendekati Kisah yang sedang serius membaca buku) “Hai Kisah, lagi baca kisah apa sih? Kok serius banget”
Kisah : (memandang ngeri kearah Kasih) “Horror”
Kasih : “Oh, kamu sedang baca kisah horror ya” (sambil berusaha melihat buku yang dibaca oleh Kisah)
Kisah : (menjauhkan bukunya agar tidak dilihat Kasih)
Kasih : “Itukan buku panduan melentikkan bulu mata, apanya yang horror?”
Kisah : (berdiri kemudian menatap lekat-lekat kearah Kasih)
Kasih : (salting luar biasa)
Kisah : “Kamu yang horror!”
GUBRRRRRAAAAKKKK
Teeeeeeeeeeeeeeeeetttttttttttttt (suara merdu si Usro berbunyi lagi menandakan bel masuk berbunyi)
Semua siswa masuk ke kelas sambil berdesak-desakan.
Mini : (datang tergopoh-gopoh sambil membawa koran) “Woiii semuanya, ada berita baru nih”
Siswa-siswi sekelas : “Berita apa?”
Mini : “Kalian tau nggak?” (semua teman sekelas mengerubuni Mini)
Surti : “Ada apaan sih?”
Mini : “Masak kalian nggak tau berita paling terbaru?”
Yuni : “Apaan sih? Konser si No Ah itu ya?”
Usro : “NOAAAAAH kaleeee bukan No Ah”
Yuni : “Tapi aku beli kasetnya No Ah kemarin di pasar Minggu”
Sumarni : “Elu sih belinya di pasar Minggu, gue dong,.....” (sambil membanggakan diri)
Marimas : “emangnya elo beli dimana?” (sambil melahap pisang)
Sumarni : “Gue nggak beli” (dengan tampang super polos)
Sekelas kompakan menoyor Sumarni.
Usro : “Terus beritanya apa nih? Aku penasaran banget”
Mini : “Itu....” (masih menggantungkan kata-katanya)
Kasih : “Bu Lollypop lagi OTW.........”
Semua siswa siswi langsung kelabakan menuju bangku mereka masing-masing. Sampai-sampai si Yuni kepleset kulit pisang bekas si Marimas.
Yuni : “Awwww.......” (sambil mengelus-elus jidatnya yang kebentur ujung meja)
Usro : (bergegas menyelamatkan Yuni yang kebentur ujung meja. Takutnya, dia lupa ingatan) “Kamu nggak pa-pa kan?”
Yuni : (menatap Usro penuh makna) “Pangeraaaannn”
Minuk : (datang dengan tampang killer langsung mendorong tubuh Usro sehingga terpental setengah meter)
Usro : “Maksud kamu apa Nuk?”
Minuk : (menangis sesengukan) “Kamu tegaa”
Usro : (tampang heran) “Apaa? Apa yang telah kulakukan?”
Minuk : “Kau menyentuhnya” (sambil menunjuk jidat Yuni)
Yuni : (menepis tangan Minuk kasar) “Dia tidak pernah menyentuh jidatku”
Usro : “Kau salah paham Nuk, aku hanya menolongnya”
Minuk : “Kau hobong............” (terputus)
Marimas : “Bohong! Bukan hobong!” (berkata dengan lembut sambil menggigit pisang yang tinggal kulitnya aja)
Minuk : (mengusap air matanya menggunakan jilbab si Sumarni) “Maksudku begitu”
Sumarni : “Haruskah kau menarik jilbabku untuk mengusap air mata palsumu itu?”
Minuk : “Tidak Sumarni, tidak”
Tiba-tiba Bu Lollypop datang mendobrak pintu kelas. Tapi, sayangnya dia terpeleset kulit pisang bekas si Marimas.
Bu Lollypop : (meraung-raung seperti serigala) “Siapa yang membuang sampah sembarangaaaannnnn??????”
Semua mata langsung tertuju pada Marimas.
Siswa-siswi sekelas : (menunjuk Marimas yang sedang asyik melahap pisang di pojokan) “DIA”
Siswa siswi sekelas : “Dia-dia-dia cinta yang kutung......” (terputus)
Marimas : “Sumpah bukan saya”
Bu Lollypop : “Kutunggu-tunggu-tunggu aw” (bergaya centil)
Kisah : “Sudah sudah, ayo semua kembali ke tempat duduk kalian masing-masing”
Siswa siswi sekelas : “Uuuuuuuuu” (meneriaki Kisah yang sok pahlawan)
Bu Lollypop : (berjalan menuju bangkunya dan duduk sejenak, kemudian langsung berdiri lagi) “Baiklah anak-anak sekian pelajaran kita hari ini, jangan lupa mengerjakan PR yang ibu perintahkan”
Surti : “Belum ngasi Buuuuuuuuuuu”
Bu Lollypop : (masang tampang lugu) “Oh belum ya?”
GUBRAAAKKK
Bu Lollypop kemudian memulai pelajaran hari itu.
Bu Lollypop : “Hari ini kita akan mempelajari tentang puisi. Setiap anak harus membuat puisi yang bertema cinta”
Semua siswa langsung kasak-kusuk membicarakan puisi yang akan mereka buat. Sementara itu di pojokan, si Kasih senyum-senyum nggak jelas.
Bu Lollypop : “Waktu kalian lima belas menit untuk membuat sebuah puisi cinta. Bagi yang puisinya paling bagus, ibu persilahkan pulang duluan dan tidak dapat mengikuti pelajaran ibu selama satu bulan”
Ponirah : “Waduuuh, mendingan aku buat puisi yang jelek aja deh. Daripada kena hukum nggak ikut pelajaran.”
Bu Lollypop : “Apa Ponirah? Puisi kamu sudah jadi?” (sambil berjalan mendekati meja Ponirah)
Ponirah : (gelagapan) “Emmm… belum Bu”
Bu Lollypop : (merampas buku catatan Ponirah) “Ini kan sudah jadi” (menunjuk sebuah tulisan yang berbunyi “SUDAH JADI”
Ponirah : (dengan tampang polos) “Itu judulnya Bu”
Sementara itu, si Kasih sudah siap dengan puisi cintanya. Rencananya, ia akan membacakan puisi itu untuk Kisah.
Bu  Lollypop : (kembali ke bangkunya dan duduk sejenak, kemudian berdiri lagi) “Siapa yang mau mengambilkan catok rambut ibu di ruang guru?”
Kasih : (mengangkat tangan berharap dikasi kesempatan untuk membaca puisi di depan kelas, tapi sayang perkiraannya malah meleset) “Saya Bu!”
Bu Lollypop : (celingukan melihat siapa yang tadi mengangkat tangan) “Oh, Kasih. Baik silahkan kamu keluar”
Kasih : (masang tampang heran) “Kok keluar Bu?”
Surti : “Kan kamu mau ngambilin catok rambutnya Bu Lollypop”
Kasih : “Apa?”
Bu Lollypop : “Kasih, ayo cepat kamu ke ruang guru ambil catok rambut Ibu”
Kasih : (dengan tampang kusut berjalan keluar kelas)
Dua menit setelah si Kasih pergi.
Teeeeeeeeeeeeeeeeeeeetttttttttttttttttttt (suara merdu si Usro berkumandang)
Siswa siswi sekelas : “Horeeee… pulang!”
Bu Lollypop : “Baiklah anak-anak, sekarang kalian boleh keluar main”
Mini : “Itu tadi bel pulang Buuuuu” (melengos)
Bu Lollypop : (melirik jam tangannya) “Lha, ini kan masih jam dua siang?”
Yuni : “Iya. Ini memang jam dua siang. Dan ini adalah waktunya pulang Bu”
Bu Lollypop : (masang tampang lugu) “Oh, gitu ya?”
GUBBBBRRRRRAAAKKK……
Suasana kelas sudah sepi. hanya tinggal si Kisah yang masih sibuk merapikan buku-bukunya. Sementara itu, si Kasih baru kembali dari ruang guru membawa catok rambut Bu Lollypop.
Kasih : (membuka pintu kelas pelan-pelan, tetapi sayang yang ia lihat kelas sudah sepi dan hanya ada sosok si Kisah disana)
Kasih : “Yang lain mana?” (berjalan mendekati Kisah)
Kisah : (menatap Kasih dengan heran) “Mereka kan sudah pulang”
Kasih : “Pulang?”
Kisah : “Iya”
Kasih : “Pulang kemana?”
Kisah : “Ke rumah Papanda Haji”
Kasih : “Ngapain ke rumah Papanda Haji”
Kisah : “Kondangan!” (agak ketus kemudian pergi meninggalkan Kasih yang masih melongo nggak jelas)
Kasih : (menatap kepergian Kisah penuh arti, sejenak kemudian ia tersadar) “KISAAAAAAH” (berlari mengejar Kisah dengan kecepatan penuh)
Kisah : (berhenti mendadak kemudian di tabrak oleh si Kasih) “Aduuuh”
Kasih : “Mmm.. maaaf. Aku nggak sengaja”
Kisah : (segera berdiri) “Ada apa sih, manggil-manggil?”
Kasih : (masih duduk di tanah, karena berharap di bantu berdiri oleh Kisah) “Aku mau ngomong sesuatu”
Sementara itu dari semak-semak terlihat Mini, Surti, Minuk, Yuni dan Ponirah sedang mengintip peristiwa tersebut.
Yuni : “Mereka ngomong apa sih?”
Surti : “Katanya harga beras naik, terus si Kasih kurang makan”
Minuk : (menoyor kepala Surti ) “Bukan itu….”
Yuni : “terus apa?”
Minuk : “Mereka ngomongin tentang demo penurunan harga BBM”
Mini : (giliran noyorin kepala Minuk) “Salaaah”
Ponirah : “Terus?”
Mini : “Gue harus maksa emak gue bilang WOW gitu?”
Ponirah : “Tapi aku nggak kenal sama emak kamu”
Minuk : “Emang emak kamu terkenal ya? Namanya siapa?”
Mini : “Ssssstttt… sudah-sudah jangan ngomongin emak-emak disini”
Yuni : “Kan tadi kamu duluan yang ngomongin emak kamu”
Mini : “Udahlaaaahhh… lupakan. Sekarang kita harus fokus kepada dua makhluk disana. Kita harus dengerin pembicaraan mereka untuk mendapatkan informasi terbaru dan gossip terhangat minggu ini”
Ponirah : “Dasar tukang gossip. Ngintipin orang aja kerjanya”
Semua mata menatap kearah Ponirah
Semua : “Terus kamu ngapain disini?”
Ponirah : (cengengesan)
Back to Kisah dan Kasih
Kasih : (menatap Kisah penuh arti) “AKu…. “
Kisah : (nggak sabaran) “Kamu kenapa?”
Kasih : “Aku mau nggak jadi pacar kamu?”
Kisah : (masang tampang heran kuadrat) “Hah? Maksud kamu apa?”
Kasih : (berusaha meralat kata-katanya barusan) “Hmm.. maksud aku. Kamu mau nggak jadi pacar Bu Lollypop?” (karena melihat Bu Lollypop melewati semak-semak jadinya malah ngucapinnya Bu Lollypop)
Kisah : “Aneh. Siapa coba yang mau sama Bu Lollypop. Dia kan udah tua” (kemudian berjalan meninggalkan si Kasih begitu saja)
Kasih : (berdiri) “Kisaaaaah tunggu” (mengejar Kisah)
Kisah : (kali ini agak menjauh agar tidak di tabrak Kasih) “Apa lagi sih?” (tampang kesel)
Kasih : “KISAAAH KAMU MAU NGGAK JADI PACAR AKU?” (seketika terdengar suara gemuruh dari langit, diikuti raungan si Usro dan hujan yang mulai mengguyur)
Kisah : (dengan spontan menjawab) “NGGAK!”
Teeeeoooooot… (suara si Usro)
Kasih : (tampang mulai sedih) “App….apaaa?”
Kisah : (nggak peduli dengan Kasih kemudian pergi meninggalkannya ditengah derasnya hujan)
Kasih : (terduduk di tanah sambil menangis)
Tiba-tiba datanglah seseorang yang menyelamatkan Kasih. Ia membawakan payung untuk Kasih. Siapakah dia?
Kasih : (menatap ke atas, merasa ada seseorang yang memayunginya) “Papanda Haji??”
Papanda Haji : (manggut-manggut seperti Bang Roma) “Iya, Nak”
Kasih : “Ngapain Papanda Haji ada disini?”
Papanda Haji : “Tadi niatnya mau nyari Bu Lollypop. Tapi dia nggak ada.”
Kasih : “Terus?”
Papanda Haji : “Saya lihat kamu disini kehujanan, ya sudah saya tolongin saja, kan kasian”
Kasih : (berdiri dan menyibakkan payung dari Papanda Haji) “Tidak usah Papanda, tidak usah. Biarkan saja hujan ini membasahiku, biarkan ia hanyut bersama air mataku”
Papanda Haji : “Tapi Kasih, …..” (terputus)
Kasih : (mengarahkan telunjuknya ke bibir Papanda Haji ) “Sudah, tidak ada yang perlu dikatakan lagi” (berlari meninggalkan Papanda Haji)
Papanda Haji : “Kasssssiiiiihhhh”
Di tengah derasnya hujan si Kasih berlari dan ia menabrak sesosok makhluk hidup yang hampir saja menyebrang.
Kasih : “Nenek, maafkan saya”
Nyi Loreng : “Nenek, nenek. Enak saja kamu memanggilku nenek, aku ini masih mudah taaaaauuuuu”
Kasih : (menatap heran kearah orang yang ditabraknya tadi) “Oh, gitu ya?”
Nyi Loreng : (berdiri kemudian berdehem) “Aku lihat, kamu habis patah hati ya?”
Kasih : (menatap orang didepannya dengan takjub. Hebat! Kenapa dia bisa tau?) “Kok anda bisa tau?”
Nyi Loreng : (tertawa ala nenek lampir ) “Apa sih yang nggak gue tau dari lo”
Kasih : (mundur beberapa centi)
Nyi Loreng : (mengulurkan tangannya hendak bersalaman) “Kenalkan, namaku Nyi Loreng. Paranormal paling terkenal tingkat dusun, professional, dan tempat praktikku sudah berakreditasi F”
Kasih : (menjawab uluran tangan Nyi Loreng dengan tampang super heran) “Kok ada ya tempat ramal akreditasi F?”
Nyi Loreng : (tertawa ala nenek lampir) “Ada.. nah, itulah dia tempat ramalku. Ayo, kita kesana, akan kutunjukkan kehebatanku padamu”
Kasih : (mengikuti Nyi Loreng)
Sesampainya di tempat Nyi Loreng
Kasih : (duduk di tikar lusuh di tempat ramal Nyi Loreng)
Nyi Loreng : (mengeluarkan sebuah bungkusan lusuh yang terlihat begitu tua dan legendaris)
Kasih : (heran melihat bungkusan yang lusuh tetapi isinya LAPTOP bermerek Agus) “Waah, canggih”
Nyi Loreng : (tertawa ala nenek lampir) “Sudah kukatakan sebelumnya, aku ini memang professional”
Kasih : “Bukaan, bukan anda yang canggih”
Nyi Loreng : (heran) “Terus, siapa?”
Kasih : “itu” (nunjuk foto Nyi Loreng yang di gendong oleh seorang artis terkenal, yaitu Kutul)
Nyi Loreng : “Ohh itu, itu foto saya waktu Liburan ke Hawaii”
Kasih : “Hawaii? Dimana tuh Nyi?”
Nyi Loreng : “Itu lho, perempatan Pringgasela belok kanan, abis gitu kalo nemu Masjid jangan lupa sholat ya, sholat itu adalah perintah agama yang harus kita tepati, jangan sampai kita lalai dalam mengerjakannya…………(bla bla bla bla)
Kasih : (sudah tertidur)
Nyi Loreng : “WWOOOOOOOOOOOOIIIIIIIIIIII”
Kasih : “KISAH KISAH, MANA KISAAAAHH?”
Nyi Loreng : (menyiram kasih dengan air secentong)
Kasih : “Waah, tsunami! Tsunamiiiiii”
Nyi Loreng : “Sekarang kamu sudah sadar?”
Kasih : “Sudah sudah…., ayo sekarang kita mulai”
Nyi Loreng : “Mulai apa?”
Kasih : “Aku ingiinn,….” (terputus0
Ponirah : “Aku ingin begini”
Yuni : “Aku ingin begitu”
Sumarni : “Ingin ini”
Surti : “Ingin itu”
Marimas : “Baaaanyaaak sekali” (sambil melahap kulit pisang)
……………….
Keesokan harinya
Kasih : (berjalan menyusuri koridor dengan tampang loyo, kemudian ia melihat seseorang yang begitu di kenalnya sedang berduaan)
Kisah : (memegang tangan Nyi Loreng) “Aku tidak bisa hidup tanpamu… Lor”
Nyi Loreng : (tersipu malu) “Iya, aku juga Kisah. Aku tidak bisa hidup tanpa makan dan minum”
Kisah : “Loh, kok jawabannya begitu? Gk romantiiiss”
Nyi Loreng : (ketawa ala nenek lampir) “Ooh ,,, iya aku tidak bisa hidup tanpamu juga”
Kisah : “Ayo kita pergi kencan”
Nyi Loreng : “Ayo”
Kemudian mereka berdua berjalan melewati si Kasih yang melongo melihat Kisah yang dicintainya bersama dengan Nyi Loreng yang katanya mau nolongin dia buat dapetin si Kisah.
Kasih : “Kisaaaahhhhhhh”
Semua siswa-siswi : “Sungguh kasian tapi nyata, takkan diingat. Kisah si Kasih di Sekolah, dengan Nyi Loreng. Tiada masa paling suram, masa-masa di Sekolah, tiada masa paling kelam, Kisah si Kasih di Se…ko…lah”
-TAMAAAAAAATTTT-








0 komentar :

Posting Komentar

 
;