First Love
Nama ku Tita, Tita Anindita. Aku
adalah gadis remaja berumur 15 tahun yang baru duduk di bangku SMA. Aku sekolah
di SMA Surya Biru, salah satu SMA yang tergolong elit di kota ku. Tapi aku
berbeda dengan gadis remaja lainnya, aku
tidak seperti gadis remaja pada umumnya yang bisa nongkrong di kafe,
have fun, pergi ke tempat yang mereka mau sama teman-teman mereka atau pun
pacar mereka. Ini lah aku, hidup ku yang selalu terkekang oleh orang tuaku.
Karena aku mengidap penyakit, yah bisa dibilang mematikan. Aku mengidap kangker
otak stadium 2 dan itu yang menyebabkan orang tuaku seperti ini kepada ku. Ya
aku mengerti ketakutan mereka jika terjadi sesuatu kepada ku, aku menginginkan
kehidupan ku yang normal seperti dulu sebelum aku tahu penyakit ini. Aku tak
pernah menyangka akan mengidap penyakit ini, satu tahun yang lalu tiba-tiba aku
sering pusing dan selalu masuk rumah sakit, sebelumnya aku tidak mengetahui apa
penyakitku yang sebenarnya karena orang tuaku selalu berkelit saat aku
menanyakan tenteng penyakitku. Sampai suatu hari tanpa sengaja aku mendengar
pembicaraan orang tuaku dengan dokter yang merawat ku, dan kejadian itu lah
yang mejawab semua pertanyan dalam hatiku tentang apa yang mereka sembunyikan
soal penyakitku. Saat tahu semuanya aku sangat takut, yah aku takut dengan
kematian tapi lama-lama aku berfikir bahwa semua orang pasti akan mati jadi aku
tidak akan menyianyiakan hidupku yang
sudah tidak lama ini.
&&&&
Pagi
ini aku pergi ke sekolah dan sampai di sekolah seperti biasa. Aku berjalan di
koridor yang menuju kelas ku dan aku berharap hari ini akan menjadi hari yang
indah dan lebih baik, tapi harapan itu sirna karena tiba-tiba ada seorng
laki-laki yang berlari ke arah ku dan benabrak ku membuat ku terjatuh dan semua
buku yang aku pegang jatuh berserakan.
“Esorry sorry, kamu nggak kenapa-kenapa kan?”tanyanya sambil membantuku merapikan buku-buku ku yang berserakan di lantai.
“Aw!
Nggak kenapa-kenapa kok, makanya kalo jalan itu pake kaki ngeliatnya pake mata”
jawab ku sekenanya dengan nada datar tanpa ekspresi.
“Sekali
lagi maaf ya, tadi aku buru-buru jadi nggak merhatiin jalan. Nih
bukunya”jawabnya memberi penjelasan sambil memberikan buku ku yang dirapikannya
dan langsung meninggalkan ku tanpa sempat berkata-kata lagi.
Aku melanjutkan pejalananku menuju
kelas. Sampai di kelas dan hendak menceritakan kejadian yang baru aku alami
pada kedua sahabat ku Elsa dan Dina tapi bel tanda pelajaran di mulai berbunyi,
aku pun mengurungkan niat ku sampai jam istirahat tiba. Oh iya aku tidak pernah
menceritakan tentang penyakit ku ini pada orang lain atau pun kedua sahabat ku,
karena aku ingin mencari teman yang benar-benar sayang sama aku dan tidak
berteman kepada ku hanya karena kasihan atau apa lah itu. Jam istirahat pun
tiba aku dan kedua sahabat ku keluar kelas dan berjalan menuju kantin. Aku
berniat mencritakan cerita yang tertunda karena bel pelajaran dimulai, sebelum
itu aku memesan makan dan minuman untuk ku dan shabat ku. Saat kembali ke meja
tempat kami duduk tiba-tiba ada seseorng yang menabrak ku, tapi kali ini bukan
buku yang jatuh tapi air orange jus yang tumpah ke bajuku hampir saja emosiku
meluap tapi sukurlah masih bisa ku tahan.
“Maaf
maaf aku nggak sengaja” kata orang itu.
Aku masih diam dengan posisi wajah
tertunduk melihat bajuku yang basah karena tumpahan orange jus itu. Tapi
sepertinya aku mengenal suara orang itu. Aku pun mendongankkan kepala dan
melihat wajah orang yang baru saja menumphkan orange jus ke baju ku dan
ternyata seperti dugaan ku. Itu adalah orang yang sama yang menabrakku tadi
pagi.
“Eh
kamu yang tadi pagi kan, maaf ya aku
bener-bener nggak sengaja serius” katanya lagi.
“Kamu
hobinya nabrak orang ya, sampe orang segede gini nggak diliat” jawabku datar.
“Bener
aku nggak sengaja maaf ya. Oh ya kita blom kenal kan, aku Reyn kamu siapa?”
katanya smbil mengulurkan tangannya ke arah ku.
“Tita”
jawabku singgkat.
“Gimana
untuk sebagai permintaan maaf atas kejadian tadi pagi dan kali ini aku teraktir
makan”
“Nggak
usah makasih, aku sama temen-temen” jawab ku sdikit jutek.
“Nggak
apa-apa kok, ya sekalian aku juga mau gabung bareng kalian. Soalnya temen-temen
aku pergi gak tau kemana”
“Emmmm. Ya udah boleh deh” jawab ku
bermaksut ramah.
Kedua temanku heran karena baru kali
ini mereka melihat aku jalan sama seorang cowok. Sampai di meja tempat mereka
duduk aku melihat tatapan heran kedua sahabatku. Aku mengerti tatapan itu lalu
memperkenalkan Reyn kepada mereka. Selama jam istirahat aku bener-bener nggak
dipeduliin sama dua orang itu, yah begitulah
mereka kalo ada cowok cakep dikit aja. Emang sih Reyn itu ganteng tapi aku
nggak terlalu peduli.
Akhirnya jam istirahat usai sudah,
selama perjalanan menuju kelas kedua sahabat ku ini memborong aku dengan
berbagai macam pertanyaan yang membuat aku sendiri susah untuk menjawab
pertanyaan mereka semua, jadi selama perjalanan itu aku hanya diam dan
mendengarkan mereka berceloteh ria. Dan tiba-tiba suara mereka mengagetkan ku.
“Titaaaaaaaaaaaaaaaaaa”
teriak mereka kompak di dekat telingaku.
“Eh
ini kuping loh emang kalian kira apaan teriak-teriak di telinga orang” kataku
sambil memegang kedua kupingku yang naas.
“Habisnya
dari tadi ditanya nggak di jawab” balas Elsa.
“Eh
gila ya lo pada gimana aku mau jawab kalok kalian ngomongnya aja nggak pake
titik koma”
“Iya
deh sorry, eh kok kamu bisa kenal sih sama cowok secakep Reyn” tanyanya lagi.
“Ada
deh heheheheheh” jawab ku membuat mereka penasaran.
“Eh
ayo dong cerita” desak mereka.
“Besok
aja deh aku cerita”
“Yah
kok gitu sih. Ayo lah cerita”
“Kalo
sekarang aku ceritanya nggak sempat”
“Ya
udah deh besok ya janji loh”
“Iya janji” jawab ku sambil memperlihatkan senyum
kemenangan. Lalu kami masuk kedalam kelas. Hari ini bener-bener hari yang sial
buat ku tapi gara-gara itu juga aku dapat membuat kedua shabat ku penasaran.
Akhirnya jam menunjukkan pukul 14.00 dan bel pulang berbunyi, seketika kelas
menjadi ribut. Aku berjalan menyusuri koridor menuju tempat parkir untuk
melewati gerbang sekolah, tanpa disangka aku ketemu lagi dengan Reyn dan dia
menawari ku untuk pulang dan kebetulan
jalan rumah ku searah dengan rumahnya. Tapi aku menolaknya karena Ayah ku sudah
menuggu di depan gerbang sekolah dan kalau aku ditahu pulang naik motor pasti
ayah dan ibu ku khawatir setengah mati.
&&&&
Malam minggu pun tiba, seperti biasa kedua teman ku yang
super duper rame ini bakalan nemenin aku dengan celotehan-clotehan mereka,
biasalah tentang cowok-cowok keren di sekolah. Dan seperti biasa juga aku hanya
bisa menjadi pendengar yang baik, yah aku memang nggak peduli sama cowok-cowok
itu. Tapi kali ini berbeda karena giliran aku yang menjadi pembicara yang baik
dan mereka jadi pendengar yang baik. Itu semua berkat desakan mereka yang
memaksa ku mencritakan pertemuan ku dengan Reyn.
“Ta
ayo dong ceritain” kata Elsa memulai pembicaraan.
“Iya
Ta critain gue dah penasaran banget ne” Dina mulai ikut nimbrung.
“Oke
oke gue ceritain” aku mulai bicara “Jadi gini tadi pagi waktu gue jalan di koridor dan lagi bawa
buku segambreng, tiba-tiba ada cowok nabrak gue dan jatuh deh tu buku. Emang
sih dia udh minta maaf dan bantuin ngrapiin buku yang segambreng gitu. Tapi dia langsung pergi gitu, bantuin
kek bawa bukunya” jelas ku.
“Terus.....”
kata mereka kompak.
“Teru
baju gue ketumpahan orange jus di kantin gara-gara tu orang nabrak gue lagi”
kata ku dengan sedikit kesal nginget kejadian itu “Emang tu orang hobinya
nabrak orang kali ya” lanjut ku.
“Tapi
senengkan di tabrak sama orang cakep kaya dia” dina mulai menggoda ku.
“Idih
seneng dari mana, sial mulu sih iya” jawab ku sambil cemberut.
“Udah
lah tidur yuk, gue dah ngantuk banget” lanjut ku.
&&&&
Satu
minggu berlalu dari kejadian itu ke dua orang heboh itu udah bosen nanyain Reyn
ke aku. Siang ini aku pulang dengan hati riang karena gangguan dari
orang-orang heboh itu udah nggak ada lagi. Tiba-tiba hand phone ku bunyi, aku
kira dari dua orang heboh itu. Saat aku
lihat ternyata nomer yang tidak aku kenal.
From :+6281918147***
Hai gmna kbr kmu.
Saat ku baca sms itu aku bingung itu siapa, lalu ku balas pesan itu.
From : Tita
To :+6281918147***
Aku
baik2 aja, eh cry ne siapa ya????
Tak lama kemudian datang balasan dari orang itu.
From
:+6281918147***
Aku Reyn
msih inget ma aku kn^_^
Aku kaget ternyata dia yang sms aku,
dan terjadilah obrolan kami. Tapi setelah tahu ternyata dia, aku sedikit jutek
karena aku nggak terlalu tertarik.
From : Tita
To :+6281918147***
Eh ternyata elo, tau dri mn lo nomer gw,
From
:+6281918147***
Aku tdi minta dr
tmen2 kmu. Kok jdi jutek gtu sih.
From :Tita
To :+6281918147***
Gak kok biasa ja,
eh sry gw sibuk ne.
From
:+6281918147***
Oh iya sry lok aku
ngganggu kmu.
Bye ya...
Aku
masih nggak percaya ternyata Reyn yang sms tadi. Dan itu lah akhir dari obrolan
kami yang tidak terlalu menarik. Tiba-tiba HP ku berbunyi lagi aku kira Reyn,
ternyata dua orang heboh itu mengirim pesan dengan sejuta pertanyaan. Aku malas
untuk menjawab pertanyaan itu dan membiarkan mreka penasaran. Siapa suruh
ngasih nomer orang tanpa bilang sama orang yang punya.
&&&&
Esok pagi sesampai di sekolah ku
tercinta. Seperti dugaan ku sebelumnya, dua orang sahabat ku itu langsung
menghampiri ku dan membrondong ku dengan pertanyaan-pertanyan mereka kemarin,
tapi aku hanya diam dan membuat mereka semakin penasaran.
Aku nggak tega ngelihat mereka
berdua penasaran kayak gitu karena aku juga yang terganggu, selama jam
pelajaran tadi mereka masih menggangu ku dan tak ada satu pun pelajaran yang
melekat di kepala ku. Akhirnya ku putuskan untuk menceritakannya pada jam
istirahat berlangsung.
Jam istirahat pun usai kami bertiga
berjaran meninggalkan kantin dan...... “BRUKKK”...... suara orang terjatuh.
“Duh...” keluh ku.
“Eh sorry sorry aku nggak sengaja”
kata orang yang menabrak ku sembari meminta maaf. Tapi suara ini sepertinya tak
asing buat ku. Dan saat kulihat orang itu benar sperti dugaan ku.
“Elo... ikh hobi lo ya nabrak orang.
Udah berapa kali lo nabrak gue. Sakit tau” kata ku ketus. Kali ini ke tiga
kalinya dia nabrak aku. Kesel banget aku di buat, dan entah kenapa aku jadi
benci sama dia. Aku pulang dngan tampang kesel dan tiba-tiba suara HP ku tanda
sms mengema di kamarku, ternyata dari Reyn, ku buka pesan itu dengan tampang
kesal.
From :Reyn
Tita sry banget aku
udh nabrak kmu tdi, skli lg sry ya.
From
:Tita
To :Reyn
Hemm...
From
:Reyn
Ayolah
ta maafin aku.
Setelah
membaca sms itu aku malas membalasnya dan ternyata lima puluh sms masuk dengan
kata-kata yang sama dan sepuluh misscall darinya. Tak membuat ku bergeming
untuk sekedar membalasnya karena aku takut seandainya dia dekat dengan ku dan
aku jatuh cinta dengannya. Aku taku cinta itu hadir di antara aku dan Reyn dan
penyakit kanker yang ku derita ini dapat membuat ku meningal kapan saja. Dan
aku tak ingin ada yang tahu tentang penyakitku ini.
&&&&
Seminggu
telah berlalu dan saat bertemu dengannya aku selalu menghindar. Selama itu pula
aku tak pernah menerima pesan atau apa pun darinya. Saat tak sengaja bertemu
dengannya aku merasakan ada yang berbeda darinya. Tapi apa entahlah, kenapa aku
memikirkannya secepatnya aku buang jauh-jauh pikiran ku tentangnya.
Aku ingin sekali menanyakan
perubahan Reyn dengan sahabat-sahabat ku tapi aku tak punya keberanian dan
mereka akan berpikir kalau aku suka sama orang itu.
Esok
harinya saat aku bertemu lagi dengan Reyn dan kali ini dengan sengaja dia
menabrak ku, aku tahu itu dari ekspresinya yang iseng.
“Eh
sory sengaja” katanya.
“Ekh lo mau nyari masalah sama gue” jawab ku
ketus.
“Ye
geer banget sih lo. Siapa juga mau nyari masalah sama lo.” Balasnya.
“Terus
maksut lo nabrak gue barusan itu apa”
“Nggak
maksut apa-apa”jawabnya santai.
“Iiiiiii.i.....
makanya jalan tu pake mata dodol” jawab ku marah.
“Eh
di mana-mna setahu gue jalan tu pake kaki deh, bkn pke mata Oon ”
“Iiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiih
apa sih mau lo, dasar orang gila” kataku kesal sambil berlalu menjauhinya. Dari
saat itu lah setiap aku bertemu dengannya selalu terjadi keributan kecil antara
kami berdua. Elsa dan Dina pun heran melihat tingkah kami berdua kalau bertemu
seperti kuci dan anjing itulah yang mreka ucacapkan jika melihat kami. Aku juga
tak tahu kenapa dimanapun kami bertemu selalu berantem entah itu di sekolah, di
mall, di taman sampe lubang semut juga tetep berantem. Dan itu menjadi
kebiasaan rutin saat kami bertemu.
Suatu
hari aku bertemu dengannya di kantin
saat aku lagi antri di counter untuk bayar makanan, eh tiba-tiba dia ngerusak
antrian tepat di depan ku. Dengan kesal aku bicar dengannya.
“Eh
cumi’ lo bisa antri gak sih, gue duluan di sini” kata ku.
“Terus
masalah gitu buat gue kalo elo duluan disini, dasar kurcaci”.
“Dasar
cumi’ bisa gak sih lo gak nyari masalah sama gue sehari aja”.
“Nggak”
jawabnya singkat sambil mengejek ku. Dari pada makin panjang ku biarkan saja
dia. Setelah selesai membayar makanan
aku kembali menghampiri
sahabat-sahabat ku.
“Eh
ta awas loh elo ntar suka ma Reyn soalnya kata orang cinta ma benci tu bedanya
tipit banget” celoteh Elsa.
“bener
tu kata Elsa” timpal Dina.
“Ngapain
coba elo pada percaya kata orang, gue mah gak bakal suka sama orang kayak dia”
jwb ku.
“eh
ta ati-ati ntar elo loh yang kemakan sama omongan sendiri”.
“Iya,iya
gue gue bakalan inget kok” Kata ku.
“Jadi
lo berdua tenang aja karena gue nggak bkalan suka sama dia, kalo lo suka ambil
aja” lanjut ku.
“Ye
emang dia barang maen ambi aja” kata elsa.
“Kalo
Reyn mau sama gue sih, gue gak bakal nolak” dina nimbrung “siapa yang gak suka
sama cowok secakep dan sepinter dia,
pintermaen basket pula, perfack da’ lanjutnya
“Ada
kok, gue gak suka sama di. Dih amit-amit dah lok gue pacaran ma dia”
“eh elo mah emang aneh tita ku sayang. Orang
secakep dia elo nggak minat” kata mereka ber dua.
&&&&
Sore
itu aku duduk di balkon kamar ku, tiba-tiba aku menangkap sesosok makhluk yang
sangat aku benci, yah.. itu Reyn. Iiiiiih kenap sih ngeliat dia aku jadi kesel.
Tapi..... saat dia gak ada aku ngerasa ada yang hilang dari ku. Apa.... aku
jatuh cinta sama dia fikir ku.
“Idih
kenapa gue punya pikiran kaya gitu, ogah banget gue suka sama orang kaya dia.
Iiiiiih kaya gak ada yang lebih bagus dari dia aja. Apa sih bagusnya dia sampe
semua cewek di sekolah pada suka sama dia, pada katarak kali ya tu cewek sampe
suka ma makhluk aneh kaya gitu. Iiiiiiiih!!!!” omel ku dalam hati. Tiba-tiba
terdengar ketukan pintu dari luar kamar yang membuat ku kaget ternyata mama.
“Eh
mama. Kenapa ma” kata ku sambiil tersenyum.
“Gak
ada mama cuma mau manggil kamu sayang. Udah waktunya makan, ayo turun jangan
ngelamun terus”.
“Iya
ma ntar ta turun kok heheheh...” jawabku sambil tersenyum. Lalu mama turun dan
aku pun bangkit dari persinggahan ku. Tiba-tiba
kepala ku sakit dan semuanya gelap.
&&&&
“Mama
aku di mana” kata ku lirih saat membuka mata, aku hanya melihat mama sambil
menangis dan aku berada di tempat yang tidak aku tahu.
“Kamu
di rumah sakit sayang, kemarin kamu pingsan di kamar”.
“Mama,
mama nangis ya”
“Nggak
sayang, mama nggak nangis kok” katanya “Sayang kamu haus” lanjutnya.
“Nggak
ma, ta gak haus. Mama boong pasti mama habis nangis”
“Nggak
sayang. Udah sayang jangan banyak bicara dulu”
“Iya
ma”
“Sayang
istirahat dulu ya. Mama mau sholat dulu” katanya. Aku pun mengangguk dan mama
menuju kamar mandi yang ada di dalam untuk berudhu. Aku pun teringat saat aku terakhir
kali berada dikamar ku.
Aku sedih udah buat mama nangis
lagi. Setelah mama selesai sholat tiba-tiba dokter Haris datang, itu nama
dokter yang biasa merawat ku. Aku kaget saat tidak sengaja mendengar obrolan
mereka ternyata kanker sudah menjalar ke sluruh tubuh ku. Dan hanya oprasilah
jalan satu-satunya untuk menyelamatkan ku.
Lima
hari sudah aku terbaring di rumah sakit dina dan elsa sering menjenguk ku.
Mereka slalu menanyakan tentang penyakit yang aku derita tapi aku hanya bilang
kalo ini penyakit biasa. Aku nggak mau mereka tau yang sebenarnya karena aku
belum siap dengan semua itu.
Hari
ke enam aku sudah diizinkan pulang oleh dokter haris. Aku seneng banget karena
udah bisa beraktifitas sperti biasa lagi. Hari ke tujuh aku kembali ke sekolah
ku tercinta, aku mulai fokus selama belajar karena banyak pelajaran yang aku
tinggal.
Hari ini aku pulang terlambat karena
aku meminta ulangan susulan. Saat berjalan di koridor aku melihat Reyn sedang bermain basket
dilapangan. Tiba-tiba kepala ku terasa sakit yang teramat skit, aku pun
kehilangan kesadaran ku. Dan saat sadar aku sudah berada di kamar ku
Esoknya
reyn meminta ku untuk bertemu dengannya sepulang sekolah di taman sekolah. Pulang
sekolah aku langsung berjalan menuju taman sekolah dan menghampiri Reyn yang
sudah menunggu ku.
“hei
udah lama” sapa ku.
“eh
nggak kok aku juga baru nyampe”jawabnya.
“ow
ya kamu mau ngomong apa”
“Emm
tita... aku... sebenernya.... dari pertama ngeliat kamu. Aku udah suka sama
kamu. Emmm aku cinta sama kamu” katanya.
“Reyn..
maaf aku nggak bisa. Aku gak mau kamu
sakit dan kecewa”
“Kenapa...
kamu masih marah sama aku”
“Bukan karena itu, aku udah maafin kamu dari dulu
kok”
“Terus..”
“Aku
gak bisa bilang sama kamu” aku berlari pergi meninggalkannya. Tak terasa air
mata ku menetes membasahi pipi ku. Kini aku sadar kalau aku juga jatuh cinta
sama dia.
&&&&
Dua
bulan berlalu aku tak pernah berbicara dengannya atau pun bertemu dengannya.
Sejak saat itu aku mencoba untuk melupakannya dan mencoba menghilangkan rasa
yang tumbuh di hati ku. Aku tahu itu tak akan semudah yang aku pikirkan tetapi
dengan seiringnya waktu aku pasti bisa. Aku tak pernah bisa lepas dari bayangan saat itu,
saat dia menyatakann perasaannya pada ku.
Jam
istirahat aku keluar dari kelas tanpa kedua shabatku. Karena kejadian ini aku
tak ingin membuat mereka khawatir. Dan aku selalu menghindar saat mereka
bertanya knapa aku berubah menjadi seperti ini. Aku hanya menjawab kalau aku
hanya mau serius belajar.
Aku
duduk menyendiri di bawah pohon yang entah aku tak tau namanya. Pandangan ku
tertuju pada sosok yang berada di lapangan basket. Saat ia menoleh ke arahku
dan tersenyum pada ku, senyum itu. Air mata ku tak bisa terbendung lagi dan
tumpah membajiri kedua pipi ku. Ku benamkan wajah ku agar ia tak melihat air
mata ini.
Aku merasakan tepukan lembut di
pundak ku dan secepatnya aku menyeka air mata ini. Saat aku menoleh Reyn sudah
ada tepat di depan ku, aku kaget dan buru-buru pergi meninggalkannya tanpa
mengucapkan apa pun. Tiba-tiba ia menarik lengan ku dan membawaku jauh dari
tempat itu.
“Ta, kamu kenapa sih jauhin aku
kayak gini”
Dia menunggu jawaban ku tapi hening
yang terjadi.
“ Ta, plis jawab aku, apa krena
kejadian itu. Apa kamu gak percaya kalau aku bener-bener tulu sama kamu”
ucapnya menghilangkan kesunyian itu.
“Gue gak bisa, elo ngerti kan”
“Iya aku ngerti, tapi aku butuh
alasan Ta”
“Alasan. Elo butuh alasan. Oke gue
kasih tahu, alasannya karena gue gak cinta sama elo dan gue gak mau punya pacar
kayak elo. Puas!!!” aku pergi tanpa menunggunya berbicara lagi. .
Maaf aku gak bermaksut gitu, tapi
kamu harus bisa benci sama aku Reyn. Air mata ku tak bisa ku hentikan dan semua
rasa yang tertahan dihati ini. Jujur aku juga cinta kamu Reyn, tapi aku gak mau
kamu sedih. Biarkan aku mencintai mu dalam diam ku, biarkan hanya aku dan Tuhan
yang mengetahui perasaan ku ini.
Aku berlari menuju kelas saat sampai
di depan pintu dan semuanya gelap. Saat ku buka mata ini ruangan yang tak asing
lagi, yah rumah sakit. Kulihat mama duduk di samping tepat tidur. Aku ingat
terakhir kali sebelum kehilangan kesadaran ku. Tapi itu hanya membuat kepalaku
sakit dan gelap.
&&&&
Tiga
minggu sudah ku dirawat dirumah sakit akhirnya dokter Haris mengijinkan ku
pulang. Tapi aku tak boleh capek atau memikirkan yang terlalu berat. Mama dan
papa memintaku untuk mau dioprasi, tapi aku selalu menolak. Aku takut jika
oprasi itu tidak berhasil atau aku akan mati. Aku tidak mau seandainya aku
meninggal di ruang oprasi. Aku ingin menghabisi sisa hidupku ini dengan hal-hal
yang ingin ku lakukan dan untuk membahagiakan mama dan papa.
Aku
kembali ke kehidupan ku yang dulu bertemu sahaba ku yang super heboh dan Reyn.
Cinta pertama ku yang hanya bisa ku cintai dalam diamku. Aku takut dia sedih
dan menjahui ku jika dia tahu penyakit yang aku derita.
SMA
ku tercinta SMA Surya Biru kuinjakan lagi kakiku untuk pertama kali setelah
keluar dari rumah sakit. BRRUUKKKK.......
“Esorry
sorry, kamu nggak kenapa-kenapa kan?”
“Aw!
Nggak kenapa-kenapa kok, makanya kalo jalan itu pake kaki ngeliatnya pake mata”
semua bku yang ku bawa jatuh berserakan
Saat ini dan suara ini tak asing
buat ku. Suara yang ku rindukan dan ku cintai. Dan aku ingat saat ini pertama
kali ku bertemu Reyn. Kulihat pemilik suara ini, benar seperti dugaan ku.
“Reyn” itu kata yang keluar dari
mulut ku. Buru-buru ku membereskan buku ku yang berserakan dan pergi. Air mata
ku menetes lagi, air mata rindu ku padanya.
&&&&
“Reyn jujur aku sayang sama kamu
tapi aku gak mau masuk ke dalam hidupmu lebih dalam. Aku tahu kamu mencintai ku
dengan tulus, tapi aku takut kamu akan menghindariku jika kamu tahu yang
sebenarnya.” Itu kata yang aku ucapkan dalam hati saat duduk di balkon kamar
ku. Air mata ku pecah, membuat pipi ku basah. Semua kenangan saat pertama ku
melihatnya dan semua bayangan wajahnya memenuhi otak ku. Semakin hari semakin
aku tak bisa menahan semua rasa rindu, kangen dan sakit ini karenanya. Terkadang
terbersit keinginanku untuk membritahu samua rasa ini, tapi rasa takut itu
seolah menghantui ku. Hidup ku mungkin tak lama lagi apa aku harus terus
menyembunyikan rasa ini sampai akhir hayat ku, atau aku harus berlari
mengejarnya dan menghampirinya lalu ku ucapkan semua yang ku rasakan ini. Ku
ambil secarik kertas dan mulai menulis sebuah puisi untuk meringankan sedikit
beban fikiran ku.
&&&&
Sabtu 30 Juni 2012
Pemakaman Umum Melati ramai
dikunjungi oleh para pelayat yang mengunjungi sebuah kuburan yang masih basah
dengan sebuah batu nisan bertuliskan Tita Anindita binti Rizal. Hari ini adalah hari kematian tita,
kedua orang tua tita sangat sedih. Terlebih lagi Reyn yang tak menyangka tita
begitu cepat pergi meninggalkannya. Saat acara pemakaman telah selesai
tiba-tiba Reyn dikagetkan oleh kedatangan seseorang yang tak lain adalah
mamanya tita dan memberikannya sebuah amplop.
“Permisi nak apakah kamu yang
namanya Ryen?”
“Iya. Saya turut berduka cita bu”
“Iya nak Reyn. Ini ada titipan dari
Tita sebelum dia pergi dan dia meminta untuk memberikan ini” katanya sambil
menangis dan memberikan ku sebuah surat.
Seandainya aku tak akan pernah boleh
melihat mu.
Bila aku akan hidup dikehidupan lain
Bila aku menjalani hidup sebagai
orang lain
Segala kesedihan ini, aku takakan
pernah mengetahuinya
Setiap hari ku coba melupakan mu
Setiap hari ku coba meninggalkan mu
Dalam hati ku, sungguh aku telah
merahasiakan mu
Aku tak akan pernah mengatakan kata
cinta
Aku percaya bahwa cinta adalah embun
bahagia
Namun ketidak mampuan ku mengatakan
cinta
Adalah surga yang hanya memberikan
hukumannya
Aku hanya mencintaimu
Namun bila aku mencintaimu hatiku
akan perih
Hidup ini hanya ada air mata yang
membuat luka
Bibir kupun telah melupakan namamu
Kadang seakan aku akan mengatakan
kata cinta
Sengguh itu sangat menakutkan
Aku akan mencintai mu dalam mimpi
Menangis dan menangis lagi
Hingga ku telah tertidur
Bangun dan kapan pun hari kembali
seperti itu
Seperti ini aku mencintai mu
Apakah bodoh bila aku mencintai mu
Itu
adalah sebuah puisi untuk mu. Dan itu adalah perasaan ku selama ini. Saat kau
buka surat ini aku sudah tidak ada lagi di dunia ini. Ini adalah semua jawaban
yang ingin kau tau kenapa aku tak bisa menerima cintamu. Karena aku takut kamu
akan lebih sakit jika aku pergi saat aku meneima cintamu. Kamu adalah cinta
pertama ku Reyn, cinta yang ku bawa hingga akhir nafas ku. Setiap hari kau
selalu hadir dalam pikiranku, saat ku mengingat kejadian awal pertemuan kita,
ingin rasanya ku tertawa. Tapi aku selalu menangis saat merindukanmu karena kau
tak ada di sampingku. Setelah kau baca surat ini aku ingin kau tau cinta mu ku
terima. Aku ingin kau mencari seseorang yang lebih baik dari ku. Dan kau harus
mencintainya melebihi aku.
Tita
Anindita
Aku selesai membaca surat itu dan
air ini keluar begitu saja. Ini adalah airmata bahagia karena cinta ku tak
bertepuk sebelah tangan, tapi ini juga air mata kesedihan karena Tita telah
meninggalkan ku selamanya. Sekarang aku harus mulai hidup seperti yang
diharapkan Tita. Selamat tinggal Tita kau akan bahagia di alam sana.
TAMAT
By:
Dwi Wahyu S.N.
0 komentar :
Posting Komentar