Rabu, 11 Juli 2012

Cerpen First Love


First Love



Nama ku Tita, Tita Anindita. Aku adalah gadis remaja berumur 15 tahun yang baru duduk di bangku SMA. Aku sekolah di SMA Surya Biru, salah satu SMA yang tergolong elit di kota ku. Tapi aku berbeda dengan gadis remaja lainnya, aku  tidak seperti gadis remaja pada umumnya yang bisa nongkrong di kafe, have fun, pergi ke tempat yang mereka mau sama teman-teman mereka atau pun pacar mereka. Ini lah aku, hidup ku yang selalu terkekang oleh orang tuaku. Karena aku mengidap penyakit, yah bisa dibilang mematikan. Aku mengidap kangker otak stadium 2 dan itu yang menyebabkan orang tuaku seperti ini kepada ku. Ya aku mengerti ketakutan mereka jika terjadi sesuatu kepada ku, aku menginginkan kehidupan ku yang normal seperti dulu sebelum aku tahu penyakit ini. Aku tak pernah menyangka akan mengidap penyakit ini, satu tahun yang lalu tiba-tiba aku sering pusing dan selalu masuk rumah sakit, sebelumnya aku tidak mengetahui apa penyakitku yang sebenarnya karena orang tuaku selalu berkelit saat aku menanyakan tenteng penyakitku. Sampai suatu hari tanpa sengaja aku mendengar pembicaraan orang tuaku dengan dokter yang merawat ku, dan kejadian itu lah yang mejawab semua pertanyan dalam hatiku tentang apa yang mereka sembunyikan soal penyakitku. Saat tahu semuanya aku sangat takut, yah aku takut dengan kematian tapi lama-lama aku berfikir bahwa semua orang pasti akan mati jadi aku tidak akan menyianyiakan hidupku  yang sudah tidak lama ini.

&&&&

            Pagi ini aku pergi ke sekolah dan sampai di sekolah seperti biasa. Aku berjalan di koridor yang menuju kelas ku dan aku berharap hari ini akan menjadi hari yang indah dan lebih baik, tapi harapan itu sirna karena tiba-tiba ada seorng laki-laki yang berlari ke arah ku dan benabrak ku membuat ku terjatuh dan semua buku yang aku pegang jatuh berserakan.
           
“Esorry sorry, kamu nggak kenapa-kenapa kan?”tanyanya sambil membantuku merapikan buku-buku ku yang berserakan di lantai.
            “Aw! Nggak kenapa-kenapa kok, makanya kalo jalan itu pake kaki ngeliatnya pake mata” jawab ku sekenanya dengan nada datar tanpa ekspresi.
            “Sekali lagi maaf ya, tadi aku buru-buru jadi nggak merhatiin jalan. Nih bukunya”jawabnya memberi penjelasan sambil memberikan buku ku yang dirapikannya dan langsung meninggalkan ku tanpa sempat berkata-kata lagi.
Aku melanjutkan pejalananku menuju kelas. Sampai di kelas dan hendak menceritakan kejadian yang baru aku alami pada kedua sahabat ku Elsa dan Dina tapi bel tanda pelajaran di mulai berbunyi, aku pun mengurungkan niat ku sampai jam istirahat tiba. Oh iya aku tidak pernah menceritakan tentang penyakit ku ini pada orang lain atau pun kedua sahabat ku, karena aku ingin mencari teman yang benar-benar sayang sama aku dan tidak berteman kepada ku hanya karena kasihan atau apa lah itu. Jam istirahat pun tiba aku dan kedua sahabat ku keluar kelas dan berjalan menuju kantin. Aku berniat mencritakan cerita yang tertunda karena bel pelajaran dimulai, sebelum itu aku memesan makan dan minuman untuk ku dan shabat ku. Saat kembali ke meja tempat kami duduk tiba-tiba ada seseorng yang menabrak ku, tapi kali ini bukan buku yang jatuh tapi air orange jus yang tumpah ke bajuku hampir saja emosiku meluap tapi sukurlah masih bisa ku tahan.
            “Maaf maaf aku nggak sengaja” kata orang itu.
Aku masih diam dengan posisi wajah tertunduk melihat bajuku yang basah karena tumpahan orange jus itu. Tapi sepertinya aku mengenal suara orang itu. Aku pun mendongankkan kepala dan melihat wajah orang yang baru saja menumphkan orange jus ke baju ku dan ternyata seperti dugaan ku. Itu adalah orang yang sama yang menabrakku tadi pagi.
            “Eh kamu yang tadi pagi kan,  maaf ya aku bener-bener nggak sengaja serius” katanya lagi.
            “Kamu hobinya nabrak orang ya, sampe orang segede gini nggak diliat” jawabku datar.
            “Bener aku nggak sengaja maaf ya. Oh ya kita blom kenal kan, aku Reyn kamu siapa?” katanya smbil mengulurkan tangannya ke arah ku.
            “Tita” jawabku singgkat.
            “Gimana untuk sebagai permintaan maaf atas kejadian tadi pagi dan kali ini aku teraktir makan”
            “Nggak usah makasih, aku sama temen-temen” jawab ku sdikit jutek.
            “Nggak apa-apa kok, ya sekalian aku juga mau gabung bareng kalian. Soalnya temen-temen aku pergi  gak tau kemana”
“Emmmm. Ya udah boleh deh” jawab ku bermaksut ramah.
Kedua temanku heran karena baru kali ini mereka melihat aku jalan sama seorang cowok. Sampai di meja tempat mereka duduk aku melihat tatapan heran kedua sahabatku. Aku mengerti tatapan itu lalu memperkenalkan Reyn kepada mereka. Selama jam istirahat aku bener-bener nggak dipeduliin  sama dua orang itu, yah begitulah mereka kalo ada cowok cakep dikit aja. Emang sih Reyn itu ganteng tapi aku nggak terlalu peduli.
Akhirnya jam istirahat usai sudah, selama perjalanan menuju kelas kedua sahabat ku ini memborong aku dengan berbagai macam pertanyaan yang membuat aku sendiri susah untuk menjawab pertanyaan mereka semua, jadi selama perjalanan itu aku hanya diam dan mendengarkan mereka berceloteh ria. Dan tiba-tiba suara mereka mengagetkan ku.
            “Titaaaaaaaaaaaaaaaaaa” teriak mereka kompak di dekat telingaku.
            “Eh ini kuping loh emang kalian kira apaan teriak-teriak di telinga orang” kataku sambil memegang kedua kupingku yang naas.
            “Habisnya dari tadi ditanya nggak di jawab” balas Elsa.
            “Eh gila ya lo pada gimana aku mau jawab kalok kalian ngomongnya aja nggak pake titik koma”
            “Iya deh sorry, eh kok kamu bisa kenal sih sama cowok secakep Reyn” tanyanya lagi.
            “Ada deh heheheheheh” jawab ku membuat mereka penasaran.
            “Eh ayo dong cerita” desak mereka.
            “Besok aja deh aku cerita”
            “Yah kok gitu sih. Ayo lah cerita”
            “Kalo sekarang aku ceritanya nggak sempat”
            “Ya udah deh besok ya janji loh”
            “Iya  janji” jawab ku sambil memperlihatkan senyum kemenangan. Lalu kami masuk kedalam kelas. Hari ini bener-bener hari yang sial buat ku tapi gara-gara itu juga aku dapat membuat kedua shabat ku penasaran. Akhirnya jam menunjukkan pukul 14.00 dan bel pulang berbunyi, seketika kelas menjadi ribut. Aku berjalan menyusuri koridor menuju tempat parkir untuk melewati gerbang sekolah, tanpa disangka aku ketemu lagi dengan Reyn dan dia menawari ku untuk pulang  dan kebetulan jalan rumah ku searah dengan rumahnya. Tapi aku menolaknya karena Ayah ku sudah menuggu di depan gerbang sekolah dan kalau aku ditahu pulang naik motor pasti ayah dan ibu ku khawatir setengah mati.




&&&&

          Malam minggu pun tiba, seperti biasa kedua teman ku yang super duper rame ini bakalan nemenin aku dengan celotehan-clotehan mereka, biasalah tentang cowok-cowok keren di sekolah. Dan seperti biasa juga aku hanya bisa menjadi pendengar yang baik, yah aku memang nggak peduli sama cowok-cowok itu. Tapi kali ini berbeda karena giliran aku yang menjadi pembicara yang baik dan mereka jadi pendengar yang baik. Itu semua berkat desakan mereka yang memaksa ku mencritakan pertemuan ku dengan Reyn.
            “Ta ayo dong ceritain” kata Elsa memulai pembicaraan.
            “Iya Ta critain gue dah penasaran banget ne” Dina mulai ikut nimbrung.
            “Oke oke gue ceritain” aku mulai bicara “Jadi gini tadi pagi waktu gue jalan di koridor dan lagi bawa buku segambreng, tiba-tiba ada cowok nabrak gue dan jatuh deh tu buku. Emang sih dia udh minta maaf dan bantuin ngrapiin buku yang segambreng  gitu. Tapi dia langsung pergi gitu, bantuin kek bawa bukunya” jelas ku.
            “Terus.....” kata mereka kompak.
            “Teru baju gue ketumpahan orange jus di kantin gara-gara tu orang nabrak gue lagi” kata ku dengan sedikit kesal nginget kejadian itu “Emang tu orang hobinya nabrak orang kali ya” lanjut ku.
            “Tapi senengkan di tabrak sama orang cakep kaya dia” dina mulai menggoda ku.
            “Idih seneng dari mana, sial mulu sih iya” jawab ku sambil cemberut.
            “Udah lah tidur yuk, gue dah ngantuk banget” lanjut ku.

&&&&

            Satu minggu berlalu dari kejadian itu ke dua orang heboh itu udah bosen nanyain  Reyn  ke aku. Siang ini aku pulang dengan hati riang karena gangguan dari orang-orang heboh itu udah nggak ada lagi. Tiba-tiba hand phone ku bunyi, aku kira dari  dua orang heboh itu. Saat aku lihat ternyata nomer yang tidak aku kenal.

From :+6281918147***
Hai gmna kbr kmu.

Saat ku baca sms itu aku bingung itu siapa, lalu ku balas pesan itu.
            From : Tita
            To      :+6281918147***
            Aku baik2 aja, eh cry ne siapa ya????

Tak lama kemudian datang balasan dari orang itu.

            From :+6281918147***
            Aku Reyn msih inget ma aku kn^_^

Aku kaget ternyata dia yang sms aku, dan terjadilah obrolan kami. Tapi setelah tahu ternyata dia, aku sedikit jutek karena aku nggak terlalu tertarik.

From : Tita
To      :+6281918147***
Eh ternyata  elo, tau dri mn lo nomer gw,

From :+6281918147***
Aku tdi minta dr tmen2 kmu. Kok jdi jutek gtu sih.

From :Tita
To      :+6281918147***
Gak kok biasa ja, eh sry gw sibuk ne.

From :+6281918147***
Oh iya sry lok aku ngganggu kmu.
Bye ya...

            Aku masih nggak percaya ternyata Reyn yang sms tadi. Dan itu lah akhir dari obrolan kami yang tidak terlalu menarik. Tiba-tiba HP ku berbunyi lagi aku kira Reyn, ternyata dua orang heboh itu mengirim pesan dengan sejuta pertanyaan. Aku malas untuk menjawab pertanyaan itu dan membiarkan mreka penasaran. Siapa suruh ngasih nomer orang tanpa bilang sama orang yang punya.
           
&&&&

Esok pagi sesampai di sekolah ku tercinta. Seperti dugaan ku sebelumnya, dua orang sahabat ku itu langsung menghampiri ku dan membrondong ku dengan pertanyaan-pertanyan mereka kemarin, tapi aku hanya diam dan membuat mereka semakin penasaran.
Aku nggak tega ngelihat mereka berdua penasaran kayak gitu karena aku juga yang terganggu, selama jam pelajaran tadi mereka masih menggangu ku dan tak ada satu pun pelajaran yang melekat di kepala ku. Akhirnya ku putuskan untuk menceritakannya pada jam istirahat berlangsung.
Jam istirahat pun usai kami bertiga berjaran meninggalkan kantin dan...... “BRUKKK”...... suara orang terjatuh.
“Duh...” keluh ku.
“Eh sorry sorry aku nggak sengaja” kata orang yang menabrak ku sembari meminta maaf. Tapi suara ini sepertinya tak asing buat ku. Dan saat kulihat orang itu benar sperti dugaan ku.
“Elo... ikh hobi lo ya nabrak orang. Udah berapa kali lo nabrak gue. Sakit tau” kata ku ketus. Kali ini ke tiga kalinya dia nabrak aku. Kesel banget aku di buat, dan entah kenapa aku jadi benci sama dia. Aku pulang dngan tampang kesel dan tiba-tiba suara HP ku tanda sms mengema di kamarku, ternyata dari Reyn, ku buka pesan itu dengan tampang kesal.

From :Reyn
Tita sry banget aku udh nabrak kmu tdi, skli lg sry ya.

            From :Tita
            To      :Reyn
            Hemm...

            From :Reyn
            Ayolah ta maafin aku.

            Setelah membaca sms itu aku malas membalasnya dan ternyata lima puluh sms masuk dengan kata-kata yang sama dan sepuluh misscall darinya. Tak membuat ku bergeming untuk sekedar membalasnya karena aku takut seandainya dia dekat dengan ku dan aku jatuh cinta dengannya. Aku taku cinta itu hadir di antara aku dan Reyn dan penyakit kanker yang ku derita ini dapat membuat ku meningal kapan saja. Dan aku tak ingin ada yang tahu tentang penyakitku ini.

&&&&

            Seminggu telah berlalu dan saat bertemu dengannya aku selalu menghindar. Selama itu pula aku tak pernah menerima pesan atau apa pun darinya. Saat tak sengaja bertemu dengannya aku merasakan ada yang berbeda darinya. Tapi apa entahlah, kenapa aku memikirkannya secepatnya aku buang jauh-jauh pikiran ku tentangnya.
Aku ingin sekali menanyakan perubahan Reyn dengan sahabat-sahabat ku tapi aku tak punya keberanian dan mereka akan berpikir kalau aku suka sama orang itu.
            Esok harinya saat aku bertemu lagi dengan Reyn dan kali ini dengan sengaja dia menabrak ku, aku tahu itu dari ekspresinya yang iseng.
            “Eh sory sengaja” katanya.
            “Ekh  lo mau nyari masalah sama gue” jawab ku ketus.
            “Ye geer banget sih lo. Siapa juga mau nyari masalah sama lo.” Balasnya.
            “Terus maksut lo nabrak gue barusan itu apa”
            “Nggak maksut apa-apa”jawabnya santai.
            “Iiiiiii.i..... makanya jalan tu pake mata dodol” jawab ku marah.
            “Eh di mana-mna setahu gue jalan tu pake kaki deh, bkn pke mata Oon ”
            “Iiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiih apa sih mau lo, dasar orang gila” kataku kesal sambil berlalu menjauhinya. Dari saat itu lah setiap aku bertemu dengannya selalu terjadi keributan kecil antara kami berdua. Elsa dan Dina pun heran melihat tingkah kami berdua kalau bertemu seperti kuci dan anjing itulah yang mreka ucacapkan jika melihat kami. Aku juga tak tahu kenapa dimanapun kami bertemu selalu berantem entah itu di sekolah, di mall, di taman sampe lubang semut juga tetep berantem. Dan itu menjadi kebiasaan rutin saat kami bertemu.
            Suatu hari aku bertemu dengannya  di kantin saat aku lagi antri di counter untuk bayar makanan, eh tiba-tiba dia ngerusak antrian tepat di depan ku. Dengan kesal aku bicar dengannya.
            “Eh cumi’ lo bisa antri gak sih, gue duluan di sini” kata ku.
            “Terus masalah gitu buat gue kalo elo duluan disini, dasar kurcaci”.
            “Dasar cumi’ bisa gak sih lo gak nyari masalah sama gue sehari aja”.
            “Nggak” jawabnya singkat sambil mengejek ku. Dari pada makin panjang ku biarkan saja dia. Setelah selesai membayar makanan  aku kembali menghampiri  sahabat-sahabat ku.
            “Eh ta awas loh elo ntar suka ma Reyn soalnya kata orang cinta ma benci tu bedanya tipit banget” celoteh Elsa.
            “bener tu kata Elsa” timpal Dina.
            “Ngapain coba elo pada percaya kata orang, gue mah gak bakal suka sama orang kayak dia” jwb ku.
            “eh ta ati-ati ntar elo loh yang kemakan sama omongan sendiri”.
            “Iya,iya gue gue bakalan inget kok” Kata ku.
            “Jadi lo berdua tenang aja karena gue nggak bkalan suka sama dia, kalo lo suka ambil aja” lanjut ku.
            “Ye emang dia barang maen ambi aja” kata elsa.
            “Kalo Reyn mau sama gue sih, gue gak bakal nolak” dina nimbrung “siapa yang gak suka sama cowok secakep  dan sepinter dia, pintermaen basket pula, perfack da’ lanjutnya
            “Ada kok, gue gak suka sama di. Dih amit-amit dah lok gue pacaran ma dia”
            “eh  elo mah emang aneh tita ku sayang. Orang secakep dia elo nggak minat” kata mereka ber dua.

&&&&

            Sore itu aku duduk di balkon kamar ku, tiba-tiba aku menangkap sesosok makhluk yang sangat aku benci, yah.. itu Reyn. Iiiiiih kenap sih ngeliat dia aku jadi kesel. Tapi..... saat dia gak ada aku ngerasa ada yang hilang dari ku. Apa.... aku jatuh cinta sama dia fikir ku.
            “Idih kenapa gue punya pikiran kaya gitu, ogah banget gue suka sama orang kaya dia. Iiiiiih kaya gak ada yang lebih bagus dari dia aja. Apa sih bagusnya dia sampe semua cewek di sekolah pada suka sama dia, pada katarak kali ya tu cewek sampe suka ma makhluk aneh kaya gitu. Iiiiiiiih!!!!” omel ku dalam hati. Tiba-tiba terdengar ketukan pintu dari luar kamar yang membuat ku kaget ternyata mama.
            “Eh mama. Kenapa ma” kata ku sambiil tersenyum.
            “Gak ada mama cuma mau manggil kamu sayang. Udah waktunya makan, ayo turun jangan ngelamun terus”.
            “Iya ma ntar ta turun kok heheheh...” jawabku sambil tersenyum. Lalu mama turun dan aku pun bangkit dari persinggahan ku. Tiba-tiba  kepala ku sakit dan semuanya gelap.

&&&&

            “Mama aku di mana” kata ku lirih saat membuka mata, aku hanya melihat mama sambil menangis dan aku berada di tempat yang tidak aku tahu.
            “Kamu di rumah sakit sayang, kemarin kamu pingsan di kamar”.
            “Mama, mama nangis ya”
            “Nggak sayang, mama nggak nangis kok” katanya “Sayang kamu haus” lanjutnya.
            “Nggak ma, ta gak haus. Mama boong pasti mama habis nangis”
            “Nggak sayang. Udah sayang jangan banyak bicara dulu”
            “Iya ma”
            “Sayang istirahat dulu ya. Mama mau sholat dulu” katanya. Aku pun mengangguk dan mama menuju kamar mandi yang ada di dalam untuk berudhu. Aku pun teringat saat aku terakhir kali berada dikamar ku.
Aku sedih udah buat mama nangis lagi. Setelah mama selesai sholat tiba-tiba dokter Haris datang, itu nama dokter yang biasa merawat ku. Aku kaget saat tidak sengaja mendengar obrolan mereka ternyata kanker sudah menjalar ke sluruh tubuh ku. Dan hanya oprasilah jalan satu-satunya untuk menyelamatkan ku.
            Lima hari sudah aku terbaring di rumah sakit dina dan elsa sering menjenguk ku. Mereka slalu menanyakan tentang penyakit yang aku derita tapi aku hanya bilang kalo ini penyakit biasa. Aku nggak mau mereka tau yang sebenarnya karena aku belum siap dengan semua itu.
            Hari ke enam aku sudah diizinkan pulang oleh dokter haris. Aku seneng banget karena udah bisa beraktifitas sperti biasa lagi. Hari ke tujuh aku kembali ke sekolah ku tercinta, aku mulai fokus selama belajar karena banyak pelajaran yang aku tinggal.
            Hari ini aku pulang terlambat karena aku meminta ulangan susulan. Saat berjalan di koridor  aku melihat Reyn sedang bermain basket dilapangan. Tiba-tiba kepala ku terasa sakit yang teramat skit, aku pun kehilangan kesadaran ku. Dan saat sadar aku sudah berada di kamar ku
            Esoknya reyn meminta ku untuk bertemu dengannya sepulang sekolah di taman sekolah. Pulang sekolah aku langsung berjalan menuju taman sekolah dan menghampiri Reyn yang sudah menunggu ku.
            “hei udah lama” sapa ku.
            “eh nggak kok aku juga baru nyampe”jawabnya.
            “ow ya kamu mau ngomong apa”  
            “Emm tita... aku... sebenernya.... dari pertama ngeliat kamu. Aku udah suka sama kamu. Emmm aku cinta sama kamu” katanya.
            “Reyn.. maaf aku nggak bisa. Aku gak mau  kamu sakit dan kecewa”
            “Kenapa... kamu masih marah sama aku”
            “Bukan  karena itu, aku udah maafin kamu dari dulu kok”
            “Terus..”
            “Aku gak bisa bilang sama kamu” aku berlari pergi meninggalkannya. Tak terasa air mata ku menetes membasahi pipi ku. Kini aku sadar kalau aku juga jatuh cinta sama dia.

&&&&

            Dua bulan berlalu aku tak pernah berbicara dengannya atau pun bertemu dengannya. Sejak saat itu aku mencoba untuk melupakannya dan mencoba menghilangkan rasa yang tumbuh di hati ku. Aku tahu itu tak akan semudah yang aku pikirkan tetapi dengan seiringnya waktu aku pasti bisa. Aku  tak pernah bisa lepas dari bayangan saat itu, saat dia menyatakann perasaannya pada ku.
            Jam istirahat aku keluar dari kelas tanpa kedua shabatku. Karena kejadian ini aku tak ingin membuat mereka khawatir. Dan aku selalu menghindar saat mereka bertanya knapa aku berubah menjadi seperti ini. Aku hanya menjawab kalau aku hanya mau serius belajar.
            Aku duduk menyendiri di bawah pohon yang entah aku tak tau namanya. Pandangan ku tertuju pada sosok yang berada di lapangan basket. Saat ia menoleh ke arahku dan tersenyum pada ku, senyum itu. Air mata ku tak bisa terbendung lagi dan tumpah membajiri kedua pipi ku. Ku benamkan wajah ku agar ia tak melihat air mata ini.
Aku merasakan tepukan lembut di pundak ku dan secepatnya aku menyeka air mata ini. Saat aku menoleh Reyn sudah ada tepat di depan ku, aku kaget dan buru-buru pergi meninggalkannya tanpa mengucapkan apa pun. Tiba-tiba ia menarik lengan ku dan membawaku jauh dari tempat itu.
“Ta, kamu kenapa sih jauhin aku kayak gini”
Dia menunggu jawaban ku tapi hening yang terjadi.
“ Ta, plis jawab aku, apa krena kejadian itu. Apa kamu gak percaya kalau aku bener-bener tulu sama kamu” ucapnya menghilangkan kesunyian  itu.
“Gue gak bisa, elo ngerti kan”
“Iya aku ngerti, tapi aku butuh alasan Ta”
“Alasan. Elo butuh alasan. Oke gue kasih tahu, alasannya karena gue gak cinta sama elo dan gue gak mau punya pacar kayak elo. Puas!!!” aku pergi tanpa menunggunya berbicara lagi. .
Maaf aku gak bermaksut gitu, tapi kamu harus bisa benci sama aku Reyn. Air mata ku tak bisa ku hentikan dan semua rasa yang tertahan dihati ini. Jujur aku juga cinta kamu Reyn, tapi aku gak mau kamu sedih. Biarkan aku mencintai mu dalam diam ku, biarkan hanya aku dan Tuhan yang mengetahui perasaan ku ini.
Aku berlari menuju kelas saat sampai di depan pintu dan semuanya gelap. Saat ku buka mata ini ruangan yang tak asing lagi, yah rumah sakit. Kulihat mama duduk di samping tepat tidur. Aku ingat terakhir kali sebelum kehilangan kesadaran ku. Tapi itu hanya membuat kepalaku sakit dan gelap.

&&&&

            Tiga minggu sudah ku dirawat dirumah sakit akhirnya dokter Haris mengijinkan ku pulang. Tapi aku tak boleh capek atau memikirkan yang terlalu berat. Mama dan papa memintaku untuk mau dioprasi, tapi aku selalu menolak. Aku takut jika oprasi itu tidak berhasil atau aku akan mati. Aku tidak mau seandainya aku meninggal di ruang oprasi. Aku ingin menghabisi sisa hidupku ini dengan hal-hal yang ingin ku lakukan dan untuk membahagiakan mama dan papa.
            Aku kembali ke kehidupan ku yang dulu bertemu sahaba ku yang super heboh dan Reyn. Cinta pertama ku yang hanya bisa ku cintai dalam diamku. Aku takut dia sedih dan menjahui ku jika dia tahu penyakit yang aku derita.
            SMA ku tercinta SMA Surya Biru kuinjakan lagi kakiku untuk pertama kali setelah keluar dari rumah sakit. BRRUUKKKK.......
            “Esorry sorry, kamu nggak kenapa-kenapa kan?”
            “Aw! Nggak kenapa-kenapa kok, makanya kalo jalan itu pake kaki ngeliatnya pake mata” semua bku yang ku bawa jatuh berserakan
Saat ini dan suara ini tak asing buat ku. Suara yang ku rindukan dan ku cintai. Dan aku ingat saat ini pertama kali ku bertemu Reyn. Kulihat pemilik suara ini, benar seperti dugaan ku.
“Reyn” itu kata yang keluar dari mulut ku. Buru-buru ku membereskan buku ku yang berserakan dan pergi. Air mata ku menetes lagi, air mata rindu ku padanya.

&&&&

“Reyn jujur aku sayang sama kamu tapi aku gak mau masuk ke dalam hidupmu lebih dalam. Aku tahu kamu mencintai ku dengan tulus, tapi aku takut kamu akan menghindariku jika kamu tahu yang sebenarnya.” Itu kata yang aku ucapkan dalam hati saat duduk di balkon kamar ku. Air mata ku pecah, membuat pipi ku basah. Semua kenangan saat pertama ku melihatnya dan semua bayangan wajahnya memenuhi otak ku. Semakin hari semakin aku tak bisa menahan semua rasa rindu, kangen dan sakit ini karenanya. Terkadang terbersit keinginanku untuk membritahu samua rasa ini, tapi rasa takut itu seolah menghantui ku. Hidup ku mungkin tak lama lagi apa aku harus terus menyembunyikan rasa ini sampai akhir hayat ku, atau aku harus berlari mengejarnya dan menghampirinya lalu ku ucapkan semua yang ku rasakan ini. Ku ambil secarik kertas dan mulai menulis sebuah puisi untuk meringankan sedikit beban fikiran ku.

&&&&

Sabtu 30 Juni 2012
Pemakaman Umum Melati ramai dikunjungi oleh para pelayat yang mengunjungi sebuah kuburan yang masih basah dengan sebuah batu nisan bertuliskan Tita Anindita binti  Rizal. Hari ini adalah hari kematian tita, kedua orang tua tita sangat sedih. Terlebih lagi Reyn yang tak menyangka tita begitu cepat pergi meninggalkannya. Saat acara pemakaman telah selesai tiba-tiba Reyn dikagetkan oleh kedatangan seseorang yang tak lain adalah mamanya tita dan memberikannya sebuah amplop.
“Permisi nak apakah kamu yang namanya Ryen?”
“Iya. Saya turut berduka cita bu”
“Iya nak Reyn. Ini ada titipan dari Tita sebelum dia pergi dan dia meminta untuk memberikan ini” katanya sambil menangis dan memberikan ku sebuah surat.

Seandainya aku tak akan pernah boleh melihat mu.
Bila aku akan hidup dikehidupan lain
Bila aku menjalani hidup sebagai orang lain
Segala kesedihan ini, aku takakan pernah mengetahuinya
Setiap hari ku coba melupakan mu
Setiap hari ku coba meninggalkan mu
Dalam hati ku, sungguh aku telah merahasiakan mu
Aku tak akan pernah mengatakan kata cinta
Aku percaya bahwa cinta adalah embun bahagia
Namun ketidak mampuan ku mengatakan cinta
Adalah surga yang hanya memberikan hukumannya
Aku hanya mencintaimu
Namun bila aku mencintaimu hatiku akan perih
Hidup ini hanya ada air mata yang membuat luka
Bibir kupun telah melupakan namamu
Kadang seakan aku akan mengatakan kata cinta
Sengguh itu sangat menakutkan
Aku akan mencintai mu dalam mimpi
Menangis dan menangis lagi
Hingga ku telah tertidur
Bangun dan kapan pun hari kembali seperti itu
Seperti ini aku mencintai mu
Apakah bodoh bila aku mencintai mu

Itu adalah sebuah puisi untuk mu. Dan itu adalah perasaan ku selama ini. Saat kau buka surat ini aku sudah tidak ada lagi di dunia ini. Ini adalah semua jawaban yang ingin kau tau kenapa aku tak bisa menerima cintamu. Karena aku takut kamu akan lebih sakit jika aku pergi saat aku meneima cintamu. Kamu adalah cinta pertama ku Reyn, cinta yang ku bawa hingga akhir nafas ku. Setiap hari kau selalu hadir dalam pikiranku, saat ku mengingat kejadian awal pertemuan kita, ingin rasanya ku tertawa. Tapi aku selalu menangis saat merindukanmu karena kau tak ada di sampingku. Setelah kau baca surat ini aku ingin kau tau cinta mu ku terima. Aku ingin kau mencari seseorang yang lebih baik dari ku. Dan kau harus mencintainya melebihi aku.


                                          Tita Anindita



Aku selesai membaca surat itu dan air ini keluar begitu saja. Ini adalah airmata bahagia karena cinta ku tak bertepuk sebelah tangan, tapi ini juga air mata kesedihan karena Tita telah meninggalkan ku selamanya. Sekarang aku harus mulai hidup seperti yang diharapkan Tita. Selamat tinggal Tita kau akan bahagia di alam sana.

TAMAT


By: Dwi Wahyu S.N.

0 komentar :

Posting Komentar

 
;